Jumat, 21 Oktober 2016

Kompresi data

BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
   Pada jaman yang serba modern ini, kompresi data adalah suatu hal yang esensial. Teknik kompresi ini esensial karena ukuran dari data semakin lama semakin besar, tetapi belum optimal karena tidak didukung oleh perkembangan dari teknologi penyimpanan data dan bandwidth (untuk kecepatan download data dari internet) yang seimbang. Sementara orang - orang pun menginginkan data dengan kualitas terbaik dan kuantitas (ukuran) yang minimum. Melihat masalah-masalah tadi, maka pemecahannya adalah maksimalisasi kompresi, yaitu mengurangi tempat yang digunakan oleh data yang dimampatkan.
   Terdapat banyak sekali metode kompresi data yang ada pada saat ini. Sebagian besar metode tersebut bisa dikelompokan ke dalam salah satu dari dua kelompok besar, yaitu lossy dan lossless. Contoh dari kompresi lossy adalah JPEG dan DCT yang secara khusus tergolong kedalam waveform coding. Walaupun pada saat ini terdapat banyak algoritma untuk kompresi data yang bermunculan termasuk untuk citra digital, namun dalam makalah ini akan mengulas prinsip–prinsip JPEG coding dan encoding. JPEG merupakan salah satu jenis kompresi yang paling sering digunakan karena JPEG juga merupakan standar citra digital yang dapat digunakan di berbagai platform.
  Prinsip dasar JPEG adalah menggunakan algoritma DCT yang memproses piksel-piksel dari suatu citra digital. Namun, permasalahan yang timbul pada implementasi kompresi JPEG adalah keterbatasan pengolahan pada encoding maupun decoding, terutama untuk beberapa format citra tertentu yang tidak dapat menggunakan kompresi JPEG ini. Sehingga akan lebih dititik beratkan untuk citra digital dengan jenis format jpg.
1.2.       Perumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penilitian ini adalah bagaimana cara kerja kompresi JPEG pada kompresi file citra digital dengan membahas solusi berupa modifikasi kompresi JPEG untuk format lain.

1.3.       Batasan Masalah
            Untuk lebih fokusnya penelitian yang dilakukan, maka dilakukan pembatasan yaitu :
1.    Penelitian ini hanya membahas algoritma kompresi JPEG sebagai salah satu metode kompresi data.
2.    Jenis data yang digunakan untuk pengujian dari algoritma kompresi JPEG berupa file teks dengan format jpg, tif dan gif.

1.4.       Tujuan
            Tujuan dari penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui cara kerja kompresi JPEG pada citra digital.
2.    Menemukan solusi dari keterbatasan kompresi JPEG pada kompresi cira digital.

1.5.       Manfaat Penelitian
            Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang kelebihan dan kekurangan JPEG pada kompresi citra digital dan memperoleh solusi berupa hasil modifikasi kompresi JPEG untuk jenis format tif dan gif.

1.6.       Metode Penelitian
            Dalam penelitian ini penulis melakukan beberapa penerapan metode untuk menyelesaikan permasalahan. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah :

1.      Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi literatu. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan bahan-bahan yang diperlukan dengan mempelajari dan menyeleksi buku, ebook, jurnal, makalah dan beberapa situs yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.
2.      Metode Pengembangan Perangkat lunak
Dalam pengembangan perangkat lunak, penulis menggunakan model prototype. Pendekatan prototyping adalah proses iterative yang melibatkan hubungan kerja antara perancang dan pengguna.
Pendekatan Prototype melewati tiga proses, yaitu analisis kebutuhan (analisis data), pembuatan prototype(coding), dan evaluasi prototype(pengujian program). Perulangan ketiga proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhan terpenuhi.

1.7.       Sistematika Penulisan
            Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai berikut:
          BAB 1: PENDAHULUAN
          Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul Laporan “JPEG Encoding dan Decoding”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
          BAB 2: LANDASAN TEORI
          Bab ini akan membahas teori – teori yang berkaitan dengan kompresi data dan prinsip kerja algoritma kompresi JPEG.
          BAB 3: PENGEMBANGAN SISTEM
          Bab ini berisikan analisis terhadap fokus permasalahan penelitian yaitu mangatasi kelemahan algoritma JPEG pada kompresi citra digital dengan membahas solusi berupa modifikasi JPEG untuk format selain jpg.
          BAB 4: PEMBAHASAN
          Bab ini berisikan implementasi kompresi JPEG kedalam bahasa pemrograman Java serta melakukan pengujian program.
          BAB 5: PENUTUP
          Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.



 BAB II
LANDASAN TEORI


2.1.          Kompresi Data
          Kompresi Data adalah proses pemampatan data menggunakan suatu algoritma tertentu untuk menghasilkan data lebih baik sesuai kebutuhan penyajian informasi. Kompresi data dilakukan dengan mengurangi bagian / sifat redundan pada data. Redundansi data dapat berupa redundansi ruang dan waktu, pengkodean, grayscale hingga frekuensi. Kompresi data dilakukan untuk tujuan:
·           Memelihara ruang penyimpanan. Data multimedia cukup memakan sebagian besar ruang peyimpanan, yang dihadapkan pada sumber daya perangkat lunak yang terbatas pada pengguna termasuk perihal pengiriman data.
·           Mengurangi sumber daya waktu, biaya, kapasitas bandwidth pada transmisi atau pertukaran data. Sumber daya sangat diperhitungkan termasuk proses pengkodean, pengiriman dan pengembalian data original.
·           Mengurangi redundansi pada data alami. Data alami memuat banyak data kurang relevan dari informasi yang dibutuhkan sebenarnya, maka perlu dilakukan pemampatan.
·           Mengurangi proses komputasi. Data yang tak digunakan akan menghambat komputasi yang hanya memproses data penting bagi kepentingan penyajian informasi.


Teknik Kompresi Data
Teknik Kompresi Data dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu:
1.        Lossy Compression
Lossy compression adalah teknik pemampatan data dengan mengurangi bahkan menghilangkan sejumlah informasi redundant yang tidak relevan terhadap representasi pada suatu data. Lossy Compression menyebabkan adanya perubahan data dibandingkan sebelum dilakukan proses kompresi, karena pada lossy compression, data yang bersifat redundant dibuang atau dihilangkan.
Sehingga suatu data hanya terdiri atas sebagian besar informasi yang dibutuhkan dari data itu sendiri. Dan pada kompresi jenis ini, data yang telah mengalami kompresi tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula (Irreversible). Sebagai gantinya lossy compression memberikan derajat kompresi lebih tinggi. Tipe ini cocok untuk kompresi file multimedia seperti suara digital dan gambar digital. File suara dan gambar secara alamiah masih bisa digunakan walaupun tidak berada pada kondisi yang sama sebelum dilakukan kompresi.
2.        Lossless Compression
Sebaliknya Lossless Compression memiliki derajat kompresi yang lebih rendah tetapi dengan akurasi data yang terjaga antara sebelum dan sesudah proses kompresi. Kompresi ini dilakukan untuk data-data penting yang memiliki informasi actual. Kompresi ini cocok untuk basis data, dokumen atau spreadsheet. Pada lossless compression ini tidak diijinkan ada bit yang hilang dari data pada proses kompresi sehingga rasio kompresi sangatlah kecil.

Secara umum kompresi data terdiri dari dua kegiatan besar, yaitu Modeling dan Coding. Proses dasar dari kompresi data adalah menentukan serangkaian bagian dari data (stream of symbols) mengubahnya menjadi kode (stream of codes). Jika proses kompresi efektif maka hasil dari stream of codes akan lebih kecil dari segi ukuran daripada stream of symbols. Keputusan untuk mengindentikan symbols tertentu dengan codes tertentu adalah inti dari proses modeling.
a.         Coding
Melakukan proses encoding dengan menggunakan ASCII atau EBDIC yang merupakan standar dalam proses komputasi memberikan kelemahan mendasar apabila dilihat dari paradigma kompresi data. ASCII dan EBDIC menggunakan jumlah bit yang sama untuk setiap karakter, hal ini menyebabkan banyak bit yang ”terbuang” untuk merepresentasikan karakter-karakter yang sebenarnya jarang muncul pada sebuah pesan.
b.        Modeling
Jika coding adalah roda dari sebuah mobil maka modeling adalah mesinnya. Sebaik apapun algoritma untuk melakukan coding tanpa model yang baik kompresi data tidak akan pernah terwujud. Dalam Kompresi Data Lossless pada umumnya diimplementasikan menggunakan salah satu dari dua tipe modeling, yaitu statistical atau dictionary-based. Statistical-modeling melakukan prosesnya menggunakan probabilitas kemunculan dari sebuah symbol sedangkan dictionary-based menggunakan kode-kode untuk menggantikan sekumpulan symbol.

2.2.            Kompresi Citra Digital
                   Citra digital merupakan citra hasil digitalisasi yanga dapat diolah pada suatu komputer digital. Citra digital disusun atas sejumlah piksel elemen. Elemen-elemen yang menyusun citra digital disebut pixel. Pixel merupakan kependekan dari Picture Element, yang berarti elemen atau penyusun citra digital.  Satu pixel berarti satu titik pada citra.
                  Citra digital disimpan dalam media penyimpanan(storage) dengan menyimpan pixel penyusunnya. Oelh karena itu, memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra tergantung pada jumlah pixel yang menyusun citra. Semakin banyak pixel pada citra, maka akan semakin bbesar memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra.
                   Pada umumnya sebagian besar citra mengandung duplikasi data. Duplikasi data ini tidak perlu disimpan berulang kali karena akan memboroskan pengggunaan memori padahal sebagian besar aplikasi sekarang ini membutuhkan representasi citra dengan penggunaan memori yang sesedikit mungkin. Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk mentransmisikan citra menjadi semakin lama. Oleh karena itu kompresi data pada citra digital sangat dibutuhkan.

                   Kompresi gambar (image compression) merupakan suatu proses untuk meminimalkan gambar dalam byte dari suatu citra digital tanpa menurunkan kualitas gambar ketingkat yang tidak dapat diterima. Pengurangan ukuran file gambar yang lebih memungkinkan untuk disimpan dalam ruang memori atau jumlah tertentu  dalam suatu disk penyimpanan. Hal ini juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk gambar yang dikirimkan melalui internet atau dodown load dari halaman web.
                   Terdapat beberapa cara yang dalam kompresi citra digital. Untuk penggunaan pada internet, dua jenis kompresi gambar yang  paling umum digunakan adalah gambar dengan format JPEG dan GIF. Metode JPEG lebih sering digunakan untuk foto, sedangkan metode GIF biasanya digunakan untuk seni garis dan gambar lain di mana bentuk-bentuk geometris sederhana.
            Sebuah file teks atau program dapat  dikompresi tanpa pengenalan
 kesalahan,  tapi hanya sampai batas tertentu. Hal ini lah yang disebut sebagai kompresi lossless. Di luar titik ini (pada kompresi citra), kesalahan diperkenalkan. Dalam file teks atau program, kesalahan sedikit saja dapat mempengaruhi informasi dari keseluruhan file atau menyebabkan program tidak dapat berjalan. Dalam kompresi citra kerugian kecil dalam kualitas gambar biasanya tidak terlihat sangat mencolok perbedaanya. Tidak ada “titik kritis” sampai dengan kompresi yang sempurna. Ketika ada beberapa toleransi untuk kerugian, factor kompresi lebih besar daripada ketika tidak ada toleransi kerugian. Untuk alasan ini, gambar grafis dapat dikompres lebih kecil dari file teks atau program.[1]


Perbedaan antara Format File dan Kompresi
                   Citra digital adalah sebuah file yang tersimpan sebagai nilai numerik dalam media magnetic atau media optikal[2]. Ditinjau dari bentuknya yang merupakan sebuah file, citra digital memiliki berbagai jenis format, antara lain JPEG, GIF, PNG, BMP, dsb. Format-format file untuk citra digital ini memiliki keunggulan, kelemahan, dan tingkat komersialitasnya masing- masing.
                   Format file merupakan rangkaian data yang teratur dan digunakan untuk mengkodekan informasi dalam penyimpanan atau pertukaran data. Format file dapat digambarkan sebagai sebuah bahasa tulis yang memiliki aturan-aturan sendiri dalam penulisannya. Jika digambarkan, setiap format file citra memiliki cara pembentukan struktur yang berbeda dimana setiap struktur ini memiliki header dan body. Umumnya header diikuti dengan body yang mengandung sebagian besar data.
                   Kompresi merupakan cara pengkodean data file agar lebih ringkas dan efisien. Seperti yang diketahui, kompresi terhadap sebuah file memerlukan algoritma juga. Algoritma ini berguna dalam mendefinisikan langkah –langkah yang diperlukan untuk mengurangi ukuran file, yang dalam hal ini merupakan tujuan dari kompresi. Kesalahan yang sering muncul adalah pembedaan antara format file dengan kompresi.
                   Contoh yang paling sering muncul adalah pembedaan antara kompresi JPEG dengan JFIF (JPEG File Interchange Fomat ). JFIF yang diberi ekstensi file .jpg sering disebut file dengan format JPEG, bukan file yang dikompresi menggunakan jenis kompresi JPEG.  

2.3.            Kompresi JPEG
                   JPEG merupakan singkatan dari Joint Photographic Expert Group yang merupakan standar kompresi citra digital. JPEG bekerja pada gambar berwarna dan gambar dengan mode grayscale.
                   JPEG dikembangkan awal tahun 1980 oleh Joint Photographic Experts Group (JPEG).[3] JPEG merupakan format paling sering digunakan di internet. Implementasi format JPEG terbaru dimulai sejak tahun 1996 dan semakin berkembang dengan inovasi format baru yang menyertai perkembangan teknologi yang memanfaatkan format JPEG lebih luas. Walaupun format JPEG merupakan metode kompresi gambar yang gratis, sebuah perusahaan bernama Forgent pada tahun 2002 mempatenkan format ini dan akan menarik biaya lisensi. Segera Group JPEG mengumumkan sebuah format JPEG 2000 sebagai sebuah format pengganti. Namun dua hal di atas terlambat, karena JPEG sudah digunakan secara luas dan hak paten belum ditetapkan oleh pengadilan.
                   Standar kompresi file gambar yang dibuat oleh kelompok Joint Photographic Experts Group ini menghasilkan kompresi yang sangat besar tetapi dengan akibat berupa adanya distorsi pada gambar yang hampir selalu tidak terlihat. JPEG adalah sebuah format gambar, sangat berguna untuk membuat gambar jenis fotografi berkualitas tinggi dalam ukuran file yang sangat kecil. Format file grafis ini telah diterima oleh Telecommunication Standardization Sector atau ITU-T dan Organisasi Internasional untuk Standardisasi atau ISO. JPEG kebanyakan digunakan untuk melakukan kompresi gambar diam menggunakan analisis Discrete Cosine Transform (DCT).
                   Meskipun kompresi gambar JPEG sangatlah efisien dan selalu menyimpan gambar dalam kategori warna true color (24 bit), format ini bersifat lossy, yang berarti bahwa kualitas gambar dikorbankan bila tingkat kompresi yang dipilih semakin tinggi.



BAB III
PENGEMBANGAN SISTEM


3.1.       Pemodelan Sistem
            Dalam mengembangkan perangkat lunak kami memodelkan sistem dengan mengikuti standar alur proses coding dan encoding menggunakan metode kompresi JPEG. Berikut merupakan gambaran proses kompresi JPEG
Proses Kompresi dan Dekompresi menggunakan JPEG

Dimana proses kompresinya dibagi menjadi 5 langkah utama yang akan dijelaskan sebagai berikut.[1]

1.             Color Transform
Pada langkah ini dilakukan transformasi warna dari RGB ke ruang warna (color space) YCbCr. Karena penglihatan manusia dapat melihat lebih detail pada komponen Y(brightness) daripada Cb(blue) dan Cr(red). Berdasarkan teori ini, encoder dapat didesain untuk mengkompres citra dengan lebih efisien.[2]
2.             Down Sampling
Setelah itu dilakukan pengurangan komponen Cb dan Cr yang disebut dengan ‘Downsampling’ atau ‘Chroma subsampling’. Downsampling terhadap komponen chrome dapat menghemat 33% hingga 50% space yang digunakan oleh Citra. Rasio downsampling untuk JPEG adalah 4:4:4 (no downsampling), 4:2:2 (reduce by factor of 2 horizontal direction), dan 4:2:0 (reduce by factor of 2 vertical direction)






1.             Forward DCT
Forward DCT dilakukan dengan mengkonversi dari spasial ke frekuensi domain,  mengkonversi fungsi intensitas dalam jumlah tertimbang secara fungsi periodik (kosinus). Lalu mengidentifikasi band-band  informasi spektral yang dapat dibuang tanpa kehilangan kualitas.
2.             Quantization[1]
Membagi  koefisien masing-masing oleh integer [1 sampai 255]. Dalam bentuk tabel, ukuran meja sama sebagai sebuah blok. Kalikan koefisien blok dengan tabel, bulatkan hasilnyadengan nilai integer terdekat. Dalam proses decoding, kalikan koefisien yang terkuantisasi dengan kebalikan dari tabel. Untuk mendapatkan kembali sejumlah nilai yang mendekati dengan nilai aslinya. Kesalahan biasasnya kurang dari 1 / 2 dari jumlah kuantisasi Nomor kuantisasi yang lebih besar menyebabkan kerugian lebih besar.
3.             Encoding
Mengkodekan nilai-nilai yang diperoleh menjadi sebuah gambar baru. Gambar ini merupakan gambar yang telah terkompres.



   Sedangakan untuk yang dekompresinya merupakan kebalikan/invers dari langkah langkah kompresi JPEG yang dijelaskan sebagai berikut.
1.             Decoding
Merupakan kebalikan dari proses encoding. Dimana suatu image didekodekan menjadi nilai-nilai dalam suatu matriks.
2.             De-Quantization
Mengembalikan warna dari gambar yang sudah terkuantisasi.[2]
3.             Inverse DCT[3]
Merupakan invers dar Forward DCT
4.             Up Sampling[4]
Merupakan kebalikan dari down sampling
5.             Color Transform
Mentransformasikan dari YCbCr menjadi gambar dengan mode warna RGB


3.1.       Pengembangan Sistem
   Dalam mengembangkan sistem kami menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dispesifikasikan sebagai berikut:
Spesifikasi Perangkat Keras yang digunakan:
1.             Laptop dengan processor intel Pentium T4400 Dual Core 2,2 GHz
2.             VGA Intel GMA 4500M
3.             RAM 2GB
4.             Layar Monitor 14 inch dengan resolusi 1366x768, 32 bit color
5.             Hardisk 250GB dengan freespace 20 GB
6.             Mouse dan Keyboard
Spesifikasi Perangkat Lunak yang digunakan:
1.             Sistem operasi Linux Ubuntu 11.04 atau Windows 7 Home Basic
2.             Java Development Kit – 6
3.             NetBeans IDE 6.8
3.2.       Bahan Penelitian
Bahan dari penelitian ini merupakan file-file citra digital terutama citra dengan format jpg, tif, gif, ppm. File .ppm atau  .tif yang digunakan merupakan format citra digital yang belum terkompresi. Format ini menyimpan semua detil informasi di setiap pixelnya.

3.3.       Desain Penelitian

1.             Rumusan Masalah. Rumusan masalah merupakan dasar pemikiran dan merupakan acuan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan di analisis adalah mengenai kompresi dengan algoritma JPEG.
2.             Studi Literatur. Proses studi literature dalam penelitian ini dilakukan dengan mempelajari literature-literatur yang meliputi konsep algoritma kompresi JPEG, teori kompresi, serta teori-teori lain yang mendukung.
3.             Algoritma Kompresi JPEG. Adalah algoritma yang akan diimplementasikan dalam perangkat lunak yang akan dikembangkan.
4.             File Citra Digital. adalah objek yang akan dikompresi dengan menggunakan algoritma kompresi JPEG.
5.             Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan terstruktur dengan proses model prototype.
6.             Sistem implementasi algoritma kompresi JPEG pada kompresi file citra digital disebut KDM7 – JPEG Compression merupakan nama perangkat lunak yang dikembangkan.
7.             Dokumentasi berupa dokumen teknis perangkat lunak, paper dan dokumen laporan sebagai hasil dari penelitian

3.4.       Model Yang Dikembangkan
   Model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kompresi den dekompresi algoritma JPEG pada file citra digital (jpg, tif, gif, ppm)
1.             File jpg
2.             Algoritma Huffman
3.             DCT







BAB IV
PEMBAHASAN

4.1.      Deskripsi Sistem
Sistem ini merupakan  sebuah perangkat lunak untuk melakukan kompresi JPEG pada citra digital. Sistem ini dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman Java. Sistem ini dapat menerima masukkan citra digital dengan format jpg, tif, gif, dan ppm. Keluaran dari sistem ini berupa data citra digital yang telah terkompresi. Pemrosesan data pada sistem ini menggunakan algoritma kompresi JPEG yang merupakan kombinasi dari algoritma Huffman dan DCT.

Nama Sistem
KDM7 – JPEG Compression

Fungsi Sistem
Untuk mendapatkan citra digital terkompresi serta mengetahui proses dari algoritma kompresi JPEG.

Desain Antarmuka
Tampilan utama program


4.1.      Pengujian
Pengujian adalah suatu proses yang digunakan untuk menjamin bahwa perangkat lunak yang dihasilkan dapat berjalan sesuai dengan keinginan. Pengujian terhadap perangkat lunak  dilakukan dengan menguji sistem untuk tiap-tiap blok rangkaian, menguji sistem secara menyeluruh, kemudian menganalisa dari setiap hasil pengujian baik pengujian tiap blok maupun pengujian sistem secara keseluruhan. Pengujian ini meliputi:

Tahapan yang dilakukan pada pengujian perangkat lunak ini adalah sebagai berikut :
·         Pengujian per unit/modul untuk menguji apakah unit/modul yang bersangkutan berfungsi dengan benar. Pengujian ini telah dilakukan bersamaan dengan pengembangan unit/modul, tetapi hasilnya tidak didokumentasikan. Pengujian dilakukan pada perangkat lunak pengembang  yaitu Netbeans 6.8 dan melalui terminal (command line).
Pengujian terpadu untuk menguji integrasi antar unit/modul. Pengujian ini dilakukan setelah program di bangun menjadi sebuah program yang berdiri sendiri. 


·      Pengujian validasi untuk menguji apakah program berjalan sesuai dengan spesifikasi. Pengujian validasi dilakukan oleh dihadapan Ibu Arini.

Hasil Pengujian
            Berikut adalah hasil pengujian dari program terhadap file citra berformat jpg.
·         File asli, dengan nama file bubble.jpg berresolusi 3648 x 2432 pixel memiliki ukuran file sebesar 294,5 KB.
·         Setelah di kompres menjadi bubble-out.jpg memiliki ukuran file sebesar 274,9 KB.


4.1.      Kelebihan dan Kekurangan
Program ini memiliki beberapa kekurangan dan kelebihan antara lain sebagai berikut:
Kelebihan
·         Terdapat dua metode penggunaan, yaitu yang berbasis GUI dan berbasis Command Line.
·         Program ini bersifat portable.
·         Program ini bersifat opensource.
Kekurangan
·         Program ini hanya dapat berjalan pada komputer yang telah memiliki java runtime environment.
·         Program ini hanya mendukung citra yang berformat jpg, gif, tif, ppm.
·         Program ini masih memiliki bug-bug yang mungkin belum terdeteksi.



BAB V
PENUTUP


5.1.       Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
·         Kompresi JPEG dapat bekerja dengan baik pada file citra yang berekstensi .jpg dan .tif
·         Semakin kecil besar rasio kompresi, maka akan semakin kecil gambar yang terkompresi, namun kualitasnya akan menjadi semakin buruk.
·         Kompresi JPEG yang paling efektif yaitu dengan Quality image sekitar 75-80
·         Semakin besar file yang akan dikompresi maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses kompresi tersebut.
·         Untuk citra hasil kompresi dapat didekompresi namun kualitasnya tidak sama seperti gambar asli sebelum dikompres.

5.2.       Saran
Agar program kompresi ini dapat berkembang, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
·         Dapat dilakukan optimalisasi terhadap algoritma kompresi JPEG untuk format selain yang disebutkan dalam pembahasan.
·         Dapat dimodifikasi dengan ditambahkan algoritma kompresi lainnya  untuk mengoptimalisasikan proses kompresi.
·         Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap program kompresi ini serta file JPEG hasil kompresinya.