BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada
jaman yang serba modern ini, kompresi data adalah suatu hal yang esensial.
Teknik kompresi ini esensial karena ukuran dari data semakin lama semakin
besar, tetapi belum optimal karena tidak didukung oleh perkembangan dari
teknologi penyimpanan data dan bandwidth (untuk kecepatan download data dari
internet) yang seimbang. Sementara orang - orang pun menginginkan data dengan
kualitas terbaik dan kuantitas (ukuran) yang minimum. Melihat masalah-masalah
tadi, maka pemecahannya adalah maksimalisasi kompresi, yaitu mengurangi tempat
yang digunakan oleh data yang dimampatkan.
Terdapat
banyak sekali metode kompresi data yang ada pada saat ini. Sebagian besar
metode tersebut bisa dikelompokan ke dalam salah satu dari dua kelompok besar,
yaitu lossy dan lossless. Contoh dari kompresi lossy adalah JPEG dan DCT yang
secara khusus tergolong kedalam waveform coding. Walaupun pada saat ini
terdapat banyak algoritma untuk kompresi data yang bermunculan termasuk untuk
citra digital, namun dalam makalah ini akan mengulas prinsip–prinsip JPEG
coding dan encoding. JPEG merupakan salah satu jenis kompresi yang paling
sering digunakan karena JPEG juga merupakan standar citra digital yang dapat
digunakan di berbagai platform.
Prinsip
dasar JPEG adalah menggunakan algoritma DCT yang memproses piksel-piksel dari
suatu citra digital. Namun, permasalahan yang timbul pada implementasi kompresi
JPEG adalah keterbatasan pengolahan pada encoding maupun decoding, terutama
untuk beberapa format citra tertentu yang tidak dapat menggunakan kompresi JPEG
ini. Sehingga akan lebih dititik beratkan untuk citra digital dengan jenis
format jpg.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penilitian
ini adalah bagaimana cara kerja kompresi JPEG pada kompresi file citra digital
dengan membahas solusi berupa modifikasi kompresi JPEG untuk format lain.
1.3.
Batasan Masalah
Untuk
lebih fokusnya penelitian yang dilakukan, maka dilakukan pembatasan yaitu :
1.
Penelitian
ini hanya membahas algoritma kompresi JPEG sebagai salah satu metode kompresi
data.
2.
Jenis
data yang digunakan untuk pengujian dari algoritma kompresi JPEG berupa file
teks dengan format jpg, tif dan gif.
1.4.
Tujuan
Tujuan
dari penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui
cara kerja kompresi JPEG pada citra digital.
2.
Menemukan
solusi dari keterbatasan kompresi JPEG pada kompresi cira digital.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat
yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang
kelebihan dan kekurangan JPEG pada kompresi citra digital dan memperoleh solusi
berupa hasil modifikasi kompresi JPEG untuk jenis format tif dan gif.
1.6.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis melakukan beberapa penerapan metode untuk menyelesaikan
permasalahan. Adapun metode penelitian yang dilakukan adalah :
1.
Metode
Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah studi literatu. Pada tahap ini dilakukan pengumpulan
bahan-bahan yang diperlukan dengan mempelajari dan menyeleksi buku, ebook,
jurnal, makalah dan beberapa situs yang berhubungan dengan penulisan laporan
ini.
2.
Metode
Pengembangan Perangkat lunak
Dalam pengembangan perangkat
lunak, penulis menggunakan model prototype. Pendekatan prototyping adalah
proses iterative yang melibatkan hubungan kerja antara perancang dan pengguna.
Pendekatan Prototype melewati
tiga proses, yaitu analisis kebutuhan (analisis data), pembuatan
prototype(coding), dan evaluasi prototype(pengujian program). Perulangan ketiga
proses ini terus berlangsung hingga semua kebutuhan terpenuhi.
1.7.
Sistematika Penulisan
Sistematika
penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai berikut:
BAB
1: PENDAHULUAN
Bab
ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul Laporan “JPEG
Encoding dan Decoding”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB
2: LANDASAN TEORI
Bab
ini akan membahas teori – teori yang berkaitan dengan kompresi data dan prinsip
kerja algoritma kompresi JPEG.
BAB
3: PENGEMBANGAN SISTEM
Bab
ini berisikan analisis terhadap fokus permasalahan penelitian yaitu mangatasi
kelemahan algoritma JPEG pada kompresi citra digital dengan membahas solusi
berupa modifikasi JPEG untuk format selain jpg.
BAB
4: PEMBAHASAN
Bab
ini berisikan implementasi kompresi JPEG kedalam bahasa pemrograman Java serta
melakukan pengujian program.
BAB
5: PENUTUP
Bab
terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab sebelumnya
dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat bermanfaat
dalam pengembangan selanjutnya.
LANDASAN TEORI
2.1.
Kompresi Data
Kompresi
Data adalah proses pemampatan data menggunakan suatu algoritma tertentu untuk
menghasilkan data lebih baik sesuai kebutuhan penyajian informasi. Kompresi
data dilakukan dengan mengurangi bagian / sifat redundan pada data. Redundansi
data dapat berupa redundansi ruang dan waktu, pengkodean, grayscale hingga
frekuensi. Kompresi data dilakukan untuk tujuan:
·
Memelihara ruang penyimpanan. Data multimedia cukup memakan
sebagian besar ruang peyimpanan, yang dihadapkan pada sumber daya perangkat
lunak yang terbatas pada pengguna termasuk perihal pengiriman data.
·
Mengurangi sumber daya waktu,
biaya, kapasitas bandwidth pada transmisi atau pertukaran data. Sumber daya sangat
diperhitungkan termasuk proses pengkodean, pengiriman dan pengembalian data
original.
·
Mengurangi redundansi pada data
alami. Data
alami memuat banyak data kurang relevan dari informasi yang dibutuhkan
sebenarnya, maka perlu dilakukan pemampatan.
·
Mengurangi proses komputasi. Data yang tak digunakan akan
menghambat komputasi yang hanya memproses data penting bagi kepentingan
penyajian informasi.
Teknik Kompresi Data
Teknik
Kompresi Data dapat dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu:
1.
Lossy Compression
Lossy compression adalah teknik pemampatan data dengan
mengurangi bahkan menghilangkan sejumlah informasi redundant yang tidak relevan
terhadap representasi pada suatu data. Lossy Compression menyebabkan adanya
perubahan data dibandingkan sebelum dilakukan proses kompresi, karena pada
lossy compression, data yang bersifat redundant dibuang atau dihilangkan.
Sehingga
suatu data hanya terdiri atas sebagian besar informasi yang dibutuhkan dari
data itu sendiri. Dan pada kompresi jenis ini, data yang telah mengalami
kompresi tidak dapat dikembalikan seperti keadaan semula (Irreversible).
Sebagai gantinya lossy compression memberikan derajat kompresi lebih tinggi.
Tipe ini cocok untuk kompresi file multimedia seperti suara digital dan gambar
digital. File suara dan gambar secara alamiah masih bisa digunakan walaupun
tidak berada pada kondisi yang sama sebelum dilakukan kompresi.
2.
Lossless Compression
Sebaliknya Lossless Compression memiliki derajat kompresi
yang lebih rendah tetapi dengan akurasi data yang terjaga antara sebelum dan
sesudah proses kompresi. Kompresi ini dilakukan untuk data-data penting yang
memiliki informasi actual. Kompresi ini cocok untuk basis data, dokumen atau
spreadsheet. Pada lossless compression ini tidak diijinkan ada bit yang hilang
dari data pada proses kompresi sehingga rasio kompresi sangatlah kecil.
Secara umum kompresi data terdiri dari dua kegiatan besar,
yaitu Modeling dan Coding. Proses dasar dari kompresi data
adalah menentukan serangkaian bagian dari data (stream of symbols) mengubahnya
menjadi kode (stream of codes). Jika proses kompresi efektif maka hasil dari stream of codes akan lebih kecil dari
segi ukuran daripada stream of symbols.
Keputusan untuk mengindentikan symbols tertentu dengan codes tertentu adalah
inti dari proses modeling.
a.
Coding
Melakukan proses encoding dengan menggunakan ASCII atau
EBDIC yang merupakan standar dalam proses komputasi memberikan kelemahan
mendasar apabila dilihat dari paradigma kompresi data. ASCII dan EBDIC
menggunakan jumlah bit yang sama untuk setiap karakter, hal ini menyebabkan
banyak bit yang ”terbuang” untuk merepresentasikan karakter-karakter yang
sebenarnya jarang muncul pada sebuah pesan.
b.
Modeling
Jika coding adalah roda dari sebuah mobil maka modeling
adalah mesinnya. Sebaik apapun algoritma untuk melakukan coding tanpa model
yang baik kompresi data tidak akan pernah terwujud. Dalam Kompresi Data
Lossless pada umumnya diimplementasikan menggunakan salah satu dari dua tipe
modeling, yaitu statistical atau dictionary-based. Statistical-modeling
melakukan prosesnya menggunakan probabilitas kemunculan dari sebuah symbol
sedangkan dictionary-based menggunakan kode-kode untuk menggantikan sekumpulan
symbol.
2.2.
Kompresi Citra Digital
Citra
digital merupakan citra hasil digitalisasi yanga dapat diolah pada suatu
komputer digital. Citra digital disusun atas sejumlah piksel elemen.
Elemen-elemen yang menyusun citra digital disebut pixel. Pixel merupakan
kependekan dari Picture Element, yang berarti elemen atau penyusun citra
digital. Satu pixel berarti satu titik
pada citra.
Citra
digital disimpan dalam media penyimpanan(storage) dengan menyimpan pixel
penyusunnya. Oelh karena itu, memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra
tergantung pada jumlah pixel yang menyusun citra. Semakin banyak pixel pada
citra, maka akan semakin bbesar memori yang dibutuhkan untuk menyimpan citra.
Pada
umumnya sebagian besar citra mengandung duplikasi data. Duplikasi data ini
tidak perlu disimpan berulang kali karena akan memboroskan pengggunaan memori
padahal sebagian besar aplikasi sekarang ini membutuhkan representasi citra
dengan penggunaan memori yang sesedikit mungkin. Selain itu, waktu yang
dibutuhkan untuk mentransmisikan citra menjadi semakin lama. Oleh karena itu
kompresi data pada citra digital sangat dibutuhkan.
Kompresi
gambar (image compression) merupakan suatu proses untuk meminimalkan gambar
dalam byte dari suatu citra digital tanpa menurunkan kualitas gambar ketingkat
yang tidak dapat diterima. Pengurangan ukuran file gambar yang lebih
memungkinkan untuk disimpan dalam ruang memori atau jumlah tertentu dalam suatu disk penyimpanan. Hal ini juga
mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk gambar yang dikirimkan melalui internet
atau dodown load dari halaman web.
Terdapat beberapa cara yang dalam kompresi citra digital. Untuk
penggunaan pada internet, dua jenis kompresi gambar yang paling umum digunakan adalah gambar dengan
format JPEG dan GIF. Metode JPEG lebih sering digunakan untuk foto, sedangkan
metode GIF biasanya digunakan untuk seni garis dan gambar lain di mana bentuk-bentuk geometris sederhana.
Sebuah
file teks atau program dapat dikompresi tanpa pengenalan
kesalahan, tapi hanya
sampai batas tertentu. Hal ini lah yang
disebut sebagai kompresi
lossless. Di luar titik ini (pada
kompresi citra), kesalahan diperkenalkan.
Dalam file teks atau program, kesalahan sedikit saja dapat mempengaruhi
informasi dari keseluruhan file atau menyebabkan program tidak dapat berjalan.
Dalam kompresi citra kerugian kecil dalam kualitas gambar biasanya tidak
terlihat sangat mencolok perbedaanya. Tidak ada “titik kritis” sampai dengan
kompresi yang sempurna. Ketika ada beberapa toleransi untuk kerugian, factor
kompresi lebih besar daripada ketika tidak ada toleransi kerugian. Untuk alasan
ini, gambar grafis dapat dikompres lebih kecil dari file teks atau program.[1]
Perbedaan
antara Format File dan Kompresi
Citra
digital adalah sebuah file yang tersimpan sebagai nilai numerik dalam media
magnetic atau media optikal[2].
Ditinjau dari bentuknya yang merupakan sebuah file, citra digital memiliki
berbagai jenis format, antara lain JPEG, GIF, PNG, BMP, dsb. Format-format file
untuk citra digital ini memiliki keunggulan, kelemahan, dan tingkat
komersialitasnya masing- masing.
Format
file merupakan rangkaian data yang teratur dan digunakan untuk mengkodekan
informasi dalam penyimpanan atau pertukaran data. Format file dapat digambarkan
sebagai sebuah bahasa tulis yang memiliki aturan-aturan sendiri dalam
penulisannya. Jika digambarkan, setiap format file citra memiliki cara
pembentukan struktur yang berbeda dimana setiap struktur ini memiliki header
dan body. Umumnya header diikuti dengan body yang mengandung sebagian besar
data.
Kompresi
merupakan cara pengkodean data file agar lebih ringkas dan efisien. Seperti
yang diketahui, kompresi terhadap sebuah file memerlukan algoritma juga.
Algoritma ini berguna dalam mendefinisikan langkah –langkah yang diperlukan
untuk mengurangi ukuran file, yang dalam hal ini merupakan tujuan dari
kompresi. Kesalahan yang sering muncul adalah pembedaan antara format file
dengan kompresi.
Contoh
yang paling sering muncul adalah pembedaan antara kompresi JPEG dengan JFIF
(JPEG File Interchange Fomat ). JFIF yang diberi ekstensi file .jpg sering
disebut file dengan format JPEG, bukan file yang dikompresi menggunakan jenis
kompresi JPEG.
2.3.
Kompresi JPEG
JPEG merupakan singkatan dari
Joint Photographic Expert Group yang merupakan standar kompresi citra digital.
JPEG bekerja pada gambar berwarna dan gambar dengan mode grayscale.
JPEG dikembangkan awal tahun
1980 oleh Joint Photographic Experts Group (JPEG).[3]
JPEG merupakan format paling sering digunakan di internet. Implementasi format
JPEG terbaru dimulai sejak tahun 1996 dan semakin berkembang dengan inovasi
format baru yang menyertai perkembangan teknologi yang memanfaatkan format JPEG
lebih luas. Walaupun format JPEG merupakan metode kompresi gambar yang gratis,
sebuah perusahaan bernama Forgent pada tahun 2002 mempatenkan format ini dan
akan menarik biaya lisensi. Segera Group JPEG mengumumkan sebuah format JPEG
2000 sebagai sebuah format pengganti. Namun dua hal di atas terlambat, karena
JPEG sudah digunakan secara luas dan hak paten belum ditetapkan oleh
pengadilan.
Standar kompresi file gambar
yang dibuat oleh kelompok Joint Photographic Experts Group ini menghasilkan
kompresi yang sangat besar tetapi dengan akibat berupa adanya distorsi pada
gambar yang hampir selalu tidak terlihat. JPEG adalah sebuah format gambar,
sangat berguna untuk membuat gambar jenis fotografi berkualitas tinggi dalam
ukuran file yang sangat kecil. Format file grafis ini telah diterima oleh
Telecommunication Standardization Sector atau ITU-T dan Organisasi
Internasional untuk Standardisasi atau ISO. JPEG kebanyakan digunakan untuk
melakukan kompresi gambar diam menggunakan analisis Discrete Cosine Transform (DCT).
Meskipun kompresi gambar JPEG
sangatlah efisien dan selalu menyimpan gambar dalam kategori warna true color
(24 bit), format ini bersifat lossy, yang berarti bahwa kualitas gambar
dikorbankan bila tingkat kompresi yang dipilih semakin tinggi.
BAB III
PENGEMBANGAN SISTEM
3.1.
Pemodelan Sistem
Dalam mengembangkan perangkat lunak kami memodelkan
sistem dengan mengikuti standar alur proses coding dan encoding menggunakan
metode kompresi JPEG. Berikut merupakan gambaran proses kompresi JPEG
Proses Kompresi dan Dekompresi menggunakan JPEG
Dimana proses kompresinya dibagi
menjadi 5 langkah utama yang akan dijelaskan sebagai berikut.[1]
1.
Color
Transform
Pada langkah ini dilakukan
transformasi warna dari RGB ke ruang warna (color space) YCbCr. Karena
penglihatan manusia dapat melihat lebih detail pada komponen Y(brightness)
daripada Cb(blue) dan Cr(red). Berdasarkan teori ini, encoder dapat didesain
untuk mengkompres citra dengan lebih efisien.[2]
2.
Down
Sampling
Setelah itu dilakukan
pengurangan komponen Cb dan Cr yang disebut dengan ‘Downsampling’ atau ‘Chroma
subsampling’. Downsampling terhadap komponen chrome dapat menghemat 33% hingga
50% space yang digunakan oleh Citra. Rasio downsampling untuk JPEG adalah 4:4:4
(no downsampling), 4:2:2 (reduce by factor of 2 horizontal direction), dan
4:2:0 (reduce by factor of 2 vertical direction)
1.
Forward
DCT
Forward DCT dilakukan dengan
mengkonversi dari spasial ke frekuensi domain,
mengkonversi fungsi intensitas dalam jumlah tertimbang secara fungsi
periodik (kosinus). Lalu mengidentifikasi band-band informasi spektral yang dapat dibuang tanpa
kehilangan kualitas.
2.
Quantization[1]
Membagi koefisien masing-masing oleh integer [1
sampai 255]. Dalam bentuk tabel, ukuran meja sama sebagai sebuah blok. Kalikan
koefisien blok dengan tabel, bulatkan hasilnyadengan nilai integer terdekat.
Dalam proses decoding, kalikan koefisien yang terkuantisasi dengan kebalikan
dari tabel. Untuk mendapatkan kembali sejumlah nilai yang mendekati dengan
nilai aslinya. Kesalahan biasasnya kurang dari 1 / 2 dari jumlah kuantisasi Nomor
kuantisasi yang lebih besar menyebabkan kerugian lebih besar.
3.
Encoding
Mengkodekan nilai-nilai yang
diperoleh menjadi sebuah gambar baru. Gambar ini merupakan gambar yang telah
terkompres.
Sedangakan untuk
yang dekompresinya merupakan kebalikan/invers dari langkah langkah kompresi
JPEG yang dijelaskan sebagai berikut.
1.
Decoding
Merupakan kebalikan dari proses
encoding. Dimana suatu image didekodekan menjadi nilai-nilai dalam suatu
matriks.
2.
De-Quantization
Mengembalikan warna dari gambar yang
sudah terkuantisasi.[2]
3.
Inverse
DCT[3]
Merupakan invers dar Forward DCT
4.
Up
Sampling[4]
Merupakan kebalikan dari down
sampling
5.
Color
Transform
Mentransformasikan dari YCbCr
menjadi gambar dengan mode warna RGB
3.1.
Pengembangan Sistem
Dalam
mengembangkan sistem kami menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang
dispesifikasikan sebagai berikut:
Spesifikasi
Perangkat Keras yang digunakan:
1.
Laptop
dengan processor intel Pentium T4400 Dual Core 2,2 GHz
2.
VGA
Intel GMA 4500M
3.
RAM
2GB
4.
Layar
Monitor 14 inch dengan resolusi 1366x768, 32 bit color
5.
Hardisk
250GB dengan freespace 20 GB
6.
Mouse
dan Keyboard
Spesifikasi
Perangkat Lunak yang digunakan:
1.
Sistem
operasi Linux Ubuntu 11.04 atau Windows 7 Home Basic
2.
Java
Development Kit – 6
3.
NetBeans
IDE 6.8
3.2.
Bahan Penelitian
Bahan dari penelitian ini
merupakan file-file citra digital terutama citra dengan format jpg, tif, gif,
ppm. File .ppm atau .tif yang digunakan
merupakan format citra digital yang belum terkompresi. Format ini menyimpan
semua detil informasi di setiap pixelnya.
3.3.
Desain Penelitian
1.
Rumusan
Masalah. Rumusan masalah merupakan dasar pemikiran dan merupakan acuan dalam
penelitian ini. Dalam penelitian ini permasalahan yang akan di analisis adalah
mengenai kompresi dengan algoritma JPEG.
2.
Studi
Literatur. Proses studi literature dalam penelitian ini dilakukan dengan
mempelajari literature-literatur yang meliputi konsep algoritma kompresi JPEG,
teori kompresi, serta teori-teori lain yang mendukung.
3.
Algoritma
Kompresi JPEG. Adalah algoritma yang akan diimplementasikan dalam perangkat
lunak yang akan dikembangkan.
4.
File
Citra Digital. adalah objek yang akan dikompresi dengan menggunakan algoritma
kompresi JPEG.
5.
Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
terstruktur dengan proses model prototype.
6.
Sistem
implementasi algoritma kompresi JPEG pada kompresi file citra digital disebut
KDM7 – JPEG Compression merupakan nama perangkat lunak yang dikembangkan.
7.
Dokumentasi
berupa dokumen teknis perangkat lunak, paper dan dokumen laporan sebagai hasil
dari penelitian
3.4.
Model Yang Dikembangkan
Model
yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah kompresi den dekompresi algoritma
JPEG pada file citra digital (jpg, tif, gif, ppm)
1.
File
jpg
2.
Algoritma
Huffman
3.
DCT
BAB
IV
PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Sistem
Sistem
ini merupakan sebuah perangkat lunak
untuk melakukan kompresi JPEG pada citra digital. Sistem ini dibangun dengan
menggunakan bahasa pemrograman Java. Sistem ini dapat menerima masukkan citra
digital dengan format jpg, tif, gif, dan ppm. Keluaran dari sistem ini berupa
data citra digital yang telah terkompresi. Pemrosesan data pada sistem ini
menggunakan algoritma kompresi JPEG yang merupakan kombinasi dari algoritma
Huffman dan DCT.
Nama Sistem
KDM7
– JPEG Compression
Fungsi Sistem
Untuk
mendapatkan citra digital terkompresi serta mengetahui proses dari algoritma
kompresi JPEG.
Desain Antarmuka
Tampilan utama program
4.1.
Pengujian
Pengujian adalah suatu
proses yang digunakan untuk menjamin bahwa perangkat lunak yang dihasilkan dapat
berjalan sesuai dengan keinginan. Pengujian terhadap perangkat lunak dilakukan dengan menguji sistem untuk
tiap-tiap blok rangkaian, menguji sistem secara menyeluruh, kemudian
menganalisa dari setiap hasil pengujian baik pengujian tiap blok maupun pengujian
sistem secara keseluruhan. Pengujian ini meliputi:
Tahapan yang dilakukan pada
pengujian perangkat lunak ini adalah sebagai berikut :
·
Pengujian per unit/modul
untuk menguji apakah unit/modul yang bersangkutan berfungsi dengan benar.
Pengujian ini telah dilakukan bersamaan dengan pengembangan unit/modul, tetapi
hasilnya tidak didokumentasikan. Pengujian dilakukan pada perangkat lunak pengembang yaitu Netbeans 6.8 dan melalui terminal
(command line).
· Pengujian validasi untuk menguji
apakah program berjalan sesuai dengan spesifikasi. Pengujian validasi dilakukan
oleh dihadapan Ibu Arini.
Hasil Pengujian
Berikut adalah hasil pengujian dari program terhadap file
citra berformat jpg.
·
File asli, dengan nama file
bubble.jpg berresolusi 3648 x 2432 pixel memiliki ukuran file sebesar 294,5 KB.
·
Setelah di kompres menjadi
bubble-out.jpg memiliki ukuran file sebesar 274,9 KB.
4.1.
Kelebihan dan Kekurangan
Program ini memiliki
beberapa kekurangan dan kelebihan antara lain sebagai berikut:
Kelebihan
·
Terdapat dua metode
penggunaan, yaitu yang berbasis GUI dan berbasis Command Line.
·
Program ini bersifat
portable.
·
Program ini bersifat
opensource.
Kekurangan
·
Program ini hanya dapat
berjalan pada komputer yang telah memiliki java runtime environment.
·
Program ini hanya mendukung
citra yang berformat jpg, gif, tif, ppm.
·
Program ini masih memiliki
bug-bug yang mungkin belum terdeteksi.
BAB
V
PENUTUP
5.1.
Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut:
·
Kompresi
JPEG dapat bekerja dengan baik pada file citra yang berekstensi .jpg dan .tif
·
Semakin
kecil besar rasio kompresi, maka akan semakin kecil gambar yang terkompresi, namun
kualitasnya akan menjadi semakin buruk.
·
Kompresi
JPEG yang paling efektif yaitu dengan Quality image sekitar 75-80
·
Semakin
besar file yang akan dikompresi maka akan semakin lama waktu yang dibutuhkan
dalam menyelesaikan proses kompresi tersebut.
·
Untuk
citra hasil kompresi dapat didekompresi namun kualitasnya tidak sama seperti
gambar asli sebelum dikompres.
5.2.
Saran
Agar program kompresi ini dapat berkembang, penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
·
Dapat
dilakukan optimalisasi terhadap algoritma kompresi JPEG untuk format selain
yang disebutkan dalam pembahasan.
·
Dapat
dimodifikasi dengan ditambahkan algoritma kompresi lainnya untuk mengoptimalisasikan proses kompresi.
·
Dilakukan
penelitian lebih lanjut terhadap program kompresi ini serta file JPEG hasil
kompresinya.